Workshop “Creative Thinking as a problem solving tool for NGO”

Berpikir kreatif merupakan tuntutan untuk mendukung keberlanjutan sebuah organisasi. Tanpa adanya kreativitas yang dilakukan secara terus menerus, sulit rasanya sebuah organisasi dapat bertahan di tengah persaingan dan tuntutan jaman. Menyadari kondisi tersebut, PIRAC bekerja sama dengan JICA NGO Desk pada Tanggal 4 Juli 2018 menyelenggarakan sebuah pelatihan bertemakan Creative Thinking as a Problem Solving for NGO yang berlangsung di Ruang Jawa, JICA, Jakarta. Para peserta pelatihan merupakan perwakilan NGO-NGO yang tersebar di Jakarta dan luar Jakarta.

Acara dibuka oleh Mr Tatematsu Shingo sebagai JICA Indonesia Representative. Dalam sambutannya Mr Tatematsu Shingo mengatakan bahwa acara ini merupakan salah satu bentuk kontribusi JICA untuk menguatkan kapasitas NGO di Indonesia. Acara dilanjutkan dengan penjelasan alur pelatihan oleh Nor Hiqmah selaku Direktur Eksekutif PIRAC. Hiqmah mengatakan bahwa acara ini merupakan serial yang terdiri dari dua kali pelatihan, yaitu tanggal 4 Juni 2018 dan 1 Agustus 2018.

Materi pertama disampaikan oleh Ari Syarifudin dari PIRAC dengan paparan berjudul: “Berpikir Kreatif dan Inovatif adalah Harga Mati!”. Dengan judul demikian, Ari Syarifudin sengaja menggugah para peserta untuk ‘bangun dari tidur panjang’ dan terlena pada aktivitas yang sudah kadung menjadi business as usual tanpa adanya sentuhan inovasi yang lahir dari sebuah proses kreativitas.

Menurut penjelasan Pak Ari, faktor-faktor kreativitas terdiri dari tiga komponen penggerak yakni pertama adanya motivasi, kedua pengalaman, dan ketiga metode. Dia menjelaskan bahwa komponen penggerak terbesar yang dapat memunculkan kreativitas adalah motivasi. Motivasi yang sederhana terkadang justru menghasilkan inovasi yang tidak ternilai. Seperti yang dialami oleh seorang tokoh penerima Kalpataru dari Tasik Malaya, Mak Eroh.

Di akhir tahun 80-an nama Mak Eroh mencuat karena prestasinya yang luar biasa. Bermula dari keinginan sederhana untuk mengairi sawahnya seluas 400m2, Mak Eroh bekerja keras siang dan malam mencangkuli bukit batu untuk membuat saluran air. Hasilnya ternyata di luar dugaan. Motivasi dan kerja kerasnya tidak saja mengairi 400m2 sawah miliknya tetapi bahkan ribuan Ha sawah milik masyarakat.

Sementara itu pemateri selanjutnya, Pak Endang, menekankan berpikir kreatif melalui eksplorasi gagasan-gagasan dan menghindari adanya ‘hambatan mental’ atau mental blocking. Pak Endang mencoba mengeksplorasi daya kreatif peserta workshop dengan menggali ide-ide visual. Peserta diminta menggambarkan beberapa klue yang diberikan untuk dituangkan ke dalam gambar. Hasilnya cukup mengejutkan. Melalui simulasi sederhana itu dapat ditemukan berbagai potensi kreativitas yang dimiliki oleh semua peserta workshop.

Pelatihan creative thinking ini sangat diperlukan bagi seluruh staf organisasi termasuk Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk merancang seluruh aktivitas di lembaga masing-masing dan memecah kebuntuan-kebuntuan yang menjadi hambatan pelaksanaan kegiatan maupun program.



Leave a Reply