Filantropi Para Pesohor

Hamid Abidin, M.Si, Direktur Eksekutif PIRAC

Salah satu kelompok masyarakat yang banyak berperan dalam pengembangan kegiatan kedermawanan di Indonesia adalah para selebriti atau pesohor. Mereka tidak hanya berperan sebagai penyumbang berbagai kegiatan sosial, tapi juga turut menggugah kepedulian masyarakat untuk berbagi dengan sesama. Mereka tampil di berbagai event amal untuk menggugah masyarakat agar peduli dan berbagi dengan saudaranya yang kurang beruntung atau tertimpa musibah. Bahkan, sebagian kalangan selebriti juga mendirikan yayasan atau lembaga sosial untuk membantu mengatasi berbagai problem kemasyarakatan.

Di tengah kesibukan syuting, rekaman, pemotretan, show dan sederet aktivitas lainnya, para publik figur itu masih menyisakan waktunya untuk bergelut dalam aktivitas sosial kemanusiaan. Mereka merasa tak cukup hanya dengan menyumbang dari harta yang diperolehnya, seperti yang banyak dilakukan oleh kebanyakan orang kaya di Indonesia. Selain menjadi pengurus atau volunteer (relawan) di berbagai organisasi sosial, sebagian dari mereka juga berinisiatif mendirikan yayasan sosial yang pembiyaan operasionalnya diambil dari honor atau gaji yang mereka peroleh. Para selebriti filantrop ini bisa menjadi semacam “role model” atau “tokoh acuan” alternatif ditengah role model umum yang dipertontonkan sebagian besar selebriti kepada masyarakat, seperti pamer kemewahan, perselingkuhan, kawin cerai, bahkan kekerasan dalam rumah tangga.

Studi PIRAC menunjukkan bahwa kebanyakan kaum pesohor itu menyalurkan semangat filantropisnya dalam berbagai fungsi: yakni sebagai donatur, penggalang dana (fundraiser), duta/ campaigner, dan relawan (valonteer). Peran-peran itu dipilih sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya yang tentu saja diselaraskan kebutuhan di lapangan. Sebagian melakukannya dengan kesadaran pribadi karena sebelum dikenal sebagai selebriti yang bersangkutan juga sudah kerap terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. Sebagian lainnya terjun dalam kegiatan filantropi karena ajakan dari teman, keluarga, kolega atau permintaan dari organisasi yang membutuhkan tenaga dan pikirannya.

Sebagai penyumbang (donatur), mereka sangat berpotensi mengingat sebagian besar dari mereka memiliki penghasilan di atas rata-rata kelompok masyarakat lainnya. Publikasi mengenai harta kekayaan atau pendapatan para selebriti yang dirilis oleh beberapa media menunjukkan bahwa kalangan ini telah menjelma menjadi milyarder baru di Indonesia. Beberapa diantaranya kemudian mendermakan sebagian hartanya untuk kegiatan-kegiatan sosial kemanusiaan. Hal ini dilakukan oleh beberapa orang selebriti Indonesia dengan menjadi penyumbang bagi berbagai lembaga sosial atau mendirikan dan mendanai lembaga sosial.

Mereka yang juga bisa berperan sebagai fundraiser (penggalang dana). Peran ini berpotensi untuk dijalankan karena jaringan dan kemampuan lobi mereka yang cukup. Para pesohor ini banyak mengenal orang-orang kaya atau pengusaha yang berpotensi untuk menjadi donatur, sekaligus mampu melakukan pendekatan dan penggalangan dukungan. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh fundraiser yang tidak berasal dari kalangan public figur.

Fungsi yang lain adalah sebagai sebagai duta/ campaigner yang kebanyakan dilakukan mereka yang cakap dalam membina komunikasi dengan publik. Dengan pengaruh yang dimilikinya, dia bisa menjadi juru bicara bagi organisasi sosial untuk mempromosikan berbagai persoalan sosial kepada masyarakat. Namun, untuk penglibatan fungsi ini perlu kecermatan dan kehati-hatian dalam memilih selebriti yang akan menjadi duta. Karena, banyak selebriti yang menjadi duta di organisasi atau untuk isu tertentu justru bersikap dan bertindak berlawanan dengan misi yang diembannya. Misal, seorang selebriti yang diangkat menjadi duta anti narkoba justu menjadi pecandu atau terlibat dalam peredaran obat-obatan terlarang.

Fungsi terakhir, yakni sebagai pengurus atau volunteer di berbagai organisasi sosial. Sebagai pengurus mereka banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat kampanye dan mengumpulkan massa. Sebagian diantaranya bahkan mau terjun ke lapangan untuk membantu tugas-tugas yang bersifat teknis. Misalnya, menyebarkan brosur, mengajar anak jalanan, dan lain-lain. Mereka juga giat melakukan penggalangan dana dan terjun ke lapangan untuk bahu membahu bersama bersama masyarakat memperbaiki dan mendirikan kembali sekolah-sekolah yang sudah rusak atau roboh (Hamid Abidin, Direktur Eksekutif PIRAC)



Leave a Reply